Oleh : Fahmi Citra Budi )*

Program Makan Bergizi Gratis (MBG) membawa dampak besar terhadap sektor ekonomi, khususnya bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) serta pertanian di Indonesia. Dengan implementasi yang sistematis, program ini mampu mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat secara luas.
Menteri UMKM Maman Abdurrahman menegaskan bahwa inisiatif ini bukan sekadar upaya peningkatan gizi, tetapi juga membuka peluang bisnis baru di sektor pangan dan makanan, menciptakan ekosistem ekonomi yang dinamis di tingkat desa.
Maman menilai bahwa MBG menjadi katalisator bagi perputaran ekonomi di setiap daerah. Program ini melibatkan berbagai sektor dalam rantai pasok pangan, menciptakan sinergi dari hulu hingga hilir yang sepenuhnya mengakomodasi pelaku UMKM.
Demi memastikan keberlanjutan dan efektivitasnya, Kementerian UMKM telah menyusun strategi utama yang meliputi pemantauan serta evaluasi UMKM peserta program, koordinasi dengan perbankan nasional untuk memastikan kelancaran modal kerja, serta optimalisasi subsektor makanan sebagai bagian dari ekosistem usaha yang lebih besar.
Di sisi lain, Maman juga menyoroti pentingnya kolaborasi dengan perguruan tinggi, khususnya melalui Center of Excellence MBG di IPB Dramaga, Bogor. Menurutnya, riset akademik dapat menjadi peluang bisnis apabila dikelola dalam skema kerja sama berbasis Business to Business (B2B). Melalui pendekatan ini, hasil riset dari kampus bisa diterapkan dalam dunia usaha guna memperkuat ketahanan pangan dan memperluas peluang ekonomi bagi masyarakat.
Sejalan dengan pandangan tersebut, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati juga meyakini bahwa program MBG akan berdampak positif bagi perekonomian nasional. Dalam forum BRI Microfinance Outlook 2025, ia mengungkapkan bahwa program ini tidak hanya meningkatkan kesejahteraan penerima manfaat, tetapi juga mampu menggerakkan perekonomian daerah melalui keterlibatan UMKM dalam penyediaan bahan makanan dan distribusi. Pemerintah bahkan telah menyiapkan anggaran sebesar Rp171 triliun guna memperluas cakupan program dan meningkatkan jumlah sekolah yang terlibat.
Sri Mulyani menekankan bahwa MBG bukan sekadar program sosial, tetapi investasi jangka panjang dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia. Dengan pemenuhan gizi yang memadai, anak-anak dapat belajar lebih optimal, sehingga dalam jangka panjang akan memberikan kontribusi pada pertumbuhan ekonomi nasional. Ia juga menegaskan bahwa pengelolaan program harus terus diperbaiki agar efektivitas dan distribusi manfaatnya semakin maksimal.
Dari perspektif pemberdayaan ekonomi, MBG menjadi peluang besar bagi UMKM. Direktur Sistem Pemenuhan Gizi Nasional BGN, Dr. Nurjaeni, menjelaskan bahwa ribuan dapur sentral yang dibangun di seluruh desa dan kelurahan akan dikelola oleh koperasi, BUMDes, serta UMKM.
Selain itu, mitra usaha yang terlibat dalam penyediaan bahan pangan seperti beras, sayur, ikan, susu, dan telur juga akan mendapat manfaat dari program ini. Dengan kapasitas produksi mencapai 3.000 porsi makanan per hari, pelaku usaha dapat memperoleh keuntungan signifikan yang akan meningkatkan kesejahteraan ekonomi mereka.
Dengan skema yang dirancang secara sistematis, program MBG tidak hanya berdampak pada peningkatan gizi anak-anak dan ibu hamil, tetapi juga menjadi mesin penggerak ekonomi berbasis komunitas. Melalui kolaborasi yang kuat antara pemerintah, akademisi, dan sektor swasta, program ini diharapkan mampu menciptakan perubahan signifikan dalam pembangunan ekonomi nasional. Dengan berbagai peluang yang ditawarkan, masyarakat diharapkan dapat memanfaatkan program ini sebagai momentum untuk membangun usaha yang lebih maju dan berkelanjutan.
Program MBG juga memperlihatkan bagaimana sinergi antara kebijakan pemerintah dan partisipasi masyarakat dapat membangun ekosistem ekonomi yang lebih kuat. Dalam jangka panjang, program ini tidak hanya bertujuan meningkatkan kesejahteraan sosial, tetapi juga mempercepat pertumbuhan ekonomi inklusif yang berbasis pada kemandirian usaha kecil dan menengah.
Melalui keterlibatan aktif UMKM, pertanian, serta sektor pendidikan, dampak dari program ini diharapkan dapat dirasakan oleh berbagai lapisan masyarakat. Peluang yang diberikan kepada UMKM untuk berpartisipasi sebagai pemasok bahan makanan dan pengelola dapur sentral membuka akses baru terhadap pasar yang lebih luas. Dengan adanya insentif berupa dukungan pembiayaan dan kemudahan regulasi, UMKM dapat lebih berkembang dan meningkatkan kapasitas produksi mereka.
Selain itu, keterlibatan perguruan tinggi dalam program MBG menandakan bahwa sektor pendidikan memiliki peran penting dalam membangun solusi berbasis riset untuk ketahanan pangan nasional. Hasil penelitian dari universitas dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas produk pangan, menemukan inovasi baru dalam penyimpanan dan distribusi makanan, serta mengembangkan strategi pemasaran yang lebih efektif bagi UMKM di sektor ini.
Melihat berbagai dampak positif yang ditimbulkan, program MBG merupakan langkah strategis pemerintah dalam menciptakan keseimbangan antara pembangunan ekonomi dan kesejahteraan sosial. Dengan eksekusi yang tepat dan berkelanjutan, program ini diharapkan tidak hanya menjadi solusi jangka pendek dalam peningkatan gizi anak-anak Indonesia, tetapi juga menjadi fondasi bagi pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan.
Masyarakat diharapkan dapat memanfaatkan program ini sebagai peluang untuk berkontribusi dalam penguatan ekonomi lokal. Dengan semangat gotong royong dan dukungan dari berbagai pihak, MBG berpotensi menjadi model sukses dalam membangun ekosistem pangan yang mandiri dan berdaya saing tinggi di Indonesia. Peran serta aktif dari pelaku usaha, akademisi, dan pemerintah akan menentukan sejauh mana program ini dapat memberikan manfaat yang berkelanjutan bagi bangsa dan negara.

)* penulis adalah pengamat kebijakan publik