Oleh: Nazar Abdullah*
UMKM merupakan pilar utama perekonomian Indonesia. Lebih dari 65 juta pelaku UMKM di tanah air berkontribusi terhadap 61% produk domestik bruto (PDB) nasional. Data menunjukkan bahwa hingga 2023, baru 14% dari total UMKM yang mampu menembus pasar ekspor. Pemerintah dalam hal ini terus melakukan upaya untuk mengoptimalkan peran UMKM sebagai penggerak ekonomi nasional sekaligus meningkatkan neraca ekspor sebagai salah satu kunci menuju status negara berpendapatan tinggi.
Peningkatan ekspor UMKM bukan hanya soal meningkatkan volume perdagangan, tetapi juga membuka peluang strategis untuk memperkuat fondasi ekonomi negara. Produk-produk lokal Indonesia, seperti rempah-rempah, kerajinan tangan, dan kuliner tradisional, memiliki nilai jual tinggi di pasar global karena keunikan dan kekayaan budayanya.
Salah satu upaya konkret adalah pengembangan ekosistem digital berbasis e-commerce lintas negara. Platform seperti Master Bagasi telah membuktikan diri sebagai jembatan yang efektif antara UMKM lokal dan pasar global. Founder dan CEO Master Bagasi, Amir Hamzah, mengatakan bahwa visi menjadikan Indonesia sebagai negara berpendapatan tinggi pada 2045 membutuhkan strategi ekspor yang kuat dan berkelanjutan, dengan pelaku UMKM dan diaspora sebagai aktor kunci dalam memperluas jangkauan pasar internasional. Dengan menghubungkan produk Indonesia ke diaspora yang tersebar di berbagai negara, UMKM tidak hanya mendapatkan akses pasar, tetapi juga dukungan untuk meningkatkan kualitas produknya agar mampu bersaing di pasar internasional.
Head Unit Business Master Bagasi Mart, Eka Elviana, mengatakan bahwa perusahaannya telah membangun ekosistem digital yang melibatkan 12 juta diaspora Indonesia sebagai duta produk lokal. Selain itu, dukungan untuk peningkatan kualitas produk UMKM terus diupayakan agar dapat bersaing di rantai pasok global. Eka Elviana menegaskan bahwa jejaring diaspora yang terbangun saat ini menjadi langkah awal dalam mewujudkan produk lokal yang mendunia, dengan kolaborasi strategis yang melibatkan berbagai lembaga, baik dari dalam maupun luar negeri.
Peran pemerintah juga menjadi faktor kunci dalam mendorong ekspor UMKM. Kementerian Perdagangan, misalnya, telah memasukkan penguatan UMKM ekspor sebagai program prioritas nasional. Menteri Perdagangan Budi Santoso mengatakan bahwa pengembangan ekosistem ekspor UMKM harus mencakup pengamanan pasar dalam negeri, perluasan pasar global, dan peningkatan kapasitas UMKM melalui program pelatihan dan pendampingan. Selain itu, pemerintah juga sedang mengembangkan pusat ekspor baru di luar Pulau Jawa untuk memperluas akses pasar bagi UMKM di seluruh Indonesia.
Namun, upaya pemerintah tidak akan maksimal tanpa sinergi dengan pihak swasta dan komunitas diaspora. Diaspora Indonesia, yang berjumlah sekitar 12 juta orang, dapat berperan sebagai duta produk lokal di negara tempat mereka tinggal. Dengan dukungan teknologi dan inovasi, diaspora dapat menjadi jaringan pemasaran yang kuat untuk memperkenalkan produk-produk UMKM Indonesia ke pasar internasional. Selain itu, agregator seperti Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) juga dapat menjembatani UMKM dengan mitra dagang global, seperti di Korea, Rusia, Dubai, dan China.
Tidak kalah penting adalah peningkatan kapasitas dan daya saing pelaku UMKM itu sendiri. Pelatihan tentang standar mutu internasional, manajemen keuangan, serta legalitas usaha perlu diperkuat agar produk-produk UMKM tidak hanya memenuhi syarat ekspor, tetapi juga mampu bertahan di pasar global. Selain itu, pelaku UMKM perlu didorong untuk memanfaatkan teknologi digital dalam mengembangkan usahanya, mulai dari pemasaran hingga pengelolaan logistik.
Potensi peningkatan kontribusi UMKM terhadap ekspor nasional sangat besar. Jika ekosistem ekspor UMKM dapat dikembangkan secara optimal, kontribusi sektor ini terhadap perdagangan luar negeri dapat melonjak secara signifikan. Hal ini tidak hanya akan memperkuat neraca perdagangan, tetapi juga membuka lapangan kerja baru, meningkatkan pendapatan negara, dan menggerakkan roda ekonomi nasional secara keseluruhan.
Peningkatan ekspor UMKM juga memiliki dampak strategis dalam memperkuat posisi Indonesia di mata dunia. Dengan memperkenalkan produk-produk lokal yang berkualitas, Indonesia dapat membangun citra sebagai negara yang inovatif dan kaya akan warisan budaya. Hal ini pada gilirannya akan menarik lebih banyak investasi asing, yang akan semakin memperkuat fondasi ekonomi nasional.
Di tengah tantangan global seperti persaingan ketat dan fluktuasi pasar internasional, Indonesia perlu terus berinovasi dan beradaptasi. Kerja sama lintas sektor dan lintas negara menjadi kunci untuk membuka peluang baru bagi UMKM di pasar global. Dengan strategi yang terintegrasi dan dukungan penuh dari berbagai pihak, Indonesia memiliki potensi besar untuk mewujudkan visi menjadi negara berpendapatan tinggi melalui optimalisasi ekspor UMKM.
Sebagai penutup, fokus pada penguatan ekspor UMKM bukan hanya sebuah kebutuhan ekonomi, tetapi juga sebuah tanggung jawab nasional. Pelaku UMKM tidak hanya membutuhkan pasar, tetapi juga dukungan untuk berkembang dan bersaing di kancah global. Kolaborasi antara pemerintah, swasta, diaspora, dan masyarakat menjadi elemen kunci untuk mencapai tujuan tersebut. Dengan kerja keras bersama, kita dapat memastikan bahwa UMKM tidak hanya menjadi tulang punggung perekonomian nasional, tetapi juga penggerak utama menuju masa depan yang lebih cerah bagi Indonesia.
*Penulis merupakan pelaku UMKM