Oleh : Restu Rizki
Menjelang Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) yang akan dilaksanakan pada November 2024, penting bersama menjaga proses demokrasi yang bermartabat. Saat ini, netralitas Aparatur Sipil Negara (ASN) menjadi isu yang sangat krusial. ASN menjadi salah satu komponen penting dalam sistem pemerintahan yang bertugas melayani masyarakat tanpa memandang latar belakang politik, agama, atau suku. Namun, dalam konteks Pilkada, di mana kompetisi politik sangat sengit, menjaga netralitas ASN menjadi tantangan tersendiri.
Netralitas ASN menjadi kunci untuk memastikan bahwa pelayanan publik dilakukan secara adil dan objektif. ASN yang tidak terlibat dalam politik akan lebih mampu memberikan pelayanan tanpa bias. Dalam Pilkada, di mana calon kepala daerah sering kali memiliki berbagai kepentingan politik, ASN harus mampu menjalankan tugasnya tanpa terpengaruh oleh afiliasi politik atau dukungan pribadi.
Pemerintah tengah gencar dalam memberikan pemahaman kepada para ASN guna menjaga demokrasi. Pj Bupati Kampar, Hambali mengatakan Netralitas ASN adalah hal yang sangat penting untuk memastikan bahwa proses Pilkada berjalan dengan lancar dan sesuai dengan prinsip-prinsip demokrasi. ASN harus mampu menjaga jarak dan tidak terlibat dalam politik praktis agar kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah tetap terjaga.
Kaban BKPSDM Kabupaten Kampar, Syarifuddin mengatakan melalui sosialisasi tersebut, merupakan langkah Pemerintah Kabupaten Kampar untuk memastikan bahwa seluruh ASN memahami dan menjalankan tugas mereka dengan penuh tanggung jawab serta menjaga profesionalisme selama proses Pilkada
Kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah sangat bergantung pada persepsi mereka tentang keadilan dan transparansi. Ketika ASN terlibat dalam politik atau menunjukkan dukungan terhadap kandidat tertentu, kepercayaan publik dapat terganggu. Netralitas ASN membantu menjaga integritas institusi pemerintahan dan memastikan bahwa masyarakat merasa bahwa keputusan dan pelayanan yang mereka terima tidak dipengaruhi oleh politik.
ASN yang tidak netral dapat menghadapi konflik kepentingan yang merugikan kualitas pelayanan publik. Misalnya, seorang ASN yang mendukung calon kepala daerah tertentu mungkin akan memprioritaskan permintaan atau kebutuhan dari calon tersebut dibandingkan dengan masyarakat umum. Hal ini dapat mengakibatkan ketidakadilan dan ketidakpuasan di kalangan warga.
Kaban Kesbangpol Kabupaten Aceh, Sofian SH, mengatakan bahwa penting bagi semua pihak untuk mematuhi aturan yang telah ditetapkan guna mencegah pelanggaran selama masa kampanye. ASN harus menjaga netralitasnya dengan tidak terlibat dalam kegiatan kampanye atau deklarasi dukungan kepada pasangan calon manapun. Panwaslih siap menerima laporan dan menindaklanjuti pelanggaran yang terjadi.
Ketidaknetralan ASN dapat berdampak langsung pada kualitas pelayanan publik. ASN yang terlibat dalam politik mungkin akan lebih fokus pada kepentingan politik ketimbang melayani masyarakat secara profesional. Ini dapat mengakibatkan pelayanan yang tidak memadai, lambat, atau bahkan tidak adil bagi masyarakat.
Salah satu langkah penting dalam menjaga netralitas ASN adalah melalui pendidikan dan pelatihan. ASN harus diberikan pemahaman yang mendalam tentang pentingnya netralitas, serta konsekuensi dari pelanggaran. Pelatihan ini harus mencakup etika profesi, peraturan perundang-undangan yang relevan, dan bagaimana menjaga profesionalisme dalam situasi politik.
Pemerintah harus menegakkan aturan dan regulasi yang mengatur netralitas ASN dengan tegas. Undang-undang dan peraturan seperti Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara serta Peraturan Pemerintah terkait harus diterapkan secara konsisten. Pengawasan dan penegakan hukum yang ketat terhadap pelanggaran netralitas juga sangat penting.
Terdapat beberapa alasan dalam menjaga netralitas pada Pilkada 2024. Analis SDM Aparatur Ahli Muda Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Provinsi Jawa Tengah, Estu Widodo mengatakan ASN dimanapun berada wajib bersikap netral saat Gelaran Pemilu. Mengapa ASN harus netral? Pertama, untuk mengindari Perkotak-kotakan, konflik kepentingan dan diskriminasi pelayanan. Kedua menjamin PNS sebagai perekat persatuan bangsa dalam kerangka NKRI. Ketiga, salah satu prakondisi untuk meningkatkan profesionalisme ASN.
Pengawasan yang efektif harus dilakukan untuk memastikan bahwa ASN mematuhi prinsip netralitas. Ini termasuk pengawasan internal oleh instansi pemerintah dan juga pengawasan eksternal oleh lembaga independen. Evaluasi berkala mengenai kepatuhan ASN terhadap netralitas dapat membantu mendeteksi dan mencegah potensi pelanggaran.
Kepemimpinan yang kuat dan berintegritas di lingkungan ASN sangat penting dalam menjaga netralitas. Pimpinan harus menjadi teladan dalam menerapkan prinsip netralitas dan memotivasi bawahan untuk mengikuti standar yang sama. Kepemimpinan yang baik akan menciptakan budaya kerja yang menghargai profesionalisme dan integritas.
Menjaga netralitas ASN jelang Pilkada adalah suatu keharusan untuk memastikan bahwa pelayanan publik tetap adil, objektif, dan berkualitas. Netralitas ASN tidak hanya penting untuk menjaga kepercayaan publik, tetapi juga untuk menghindari konflik kepentingan dan polarisasi sosial. Melalui pendidikan, penerapan aturan, pengawasan, fasilitas pengaduan, dan kepemimpinan yang berintegritas, ASN dapat memainkan peran penting dalam mendukung proses demokrasi yang sehat dan efektif. Dengan memastikan bahwa ASN tetap netral, kita dapat memastikan bahwa pemerintahan berjalan dengan adil dan profesional, serta masyarakat dapat merasa yakin bahwa kepentingan mereka dilayani dengan baik.
)* Mahasiswa Universitas Negeri Jakarta