Oleh : Julvri Liben )*

Organisasi Papua Merdeka (OPM) sama sekali tidak mendapatkan dukungan dari seluruh masyarakat Papua. Masyarakat Papua mengutuk keras segala tindakan brutal dan pergerakan OPM, karena telah merusak sendi-sendi keharmonisan dan kedamaian di Tanah Papua. Masyarakat Papua sangat mendukung penuh setiap upaya yang dilakukan oleh pemerintah melalui aparat keamanan dalam menindak tegas OPM, yang menjadi sumber kekacauan di Papua.

Untuk memberantas OPM, aparat gabungan TNI dan Polri terus melakukan berbagai cara untuk mempersempit ruang gerak mereka di wilayah rawan Papua. Salah satunya adalah melakukan patroli di sejumlah titik yang menjadi daerah rawan serangan OPM. Keberadaan OPM tersebut menjadi teror yang menakutkan bagi warga Papua. Mereka tidak bisa melakukan aktivitas dengan leluasa layaknya warga pada umumnya. Setiap saat mereka harus waspada terhadap kemunculan OPM yang bisa saja menyerang, menyandera ataupun membakar rumah.

Ketua Umum Pemuda Panca Marga (PPM), Berto Izaak Doko mengatakan saat ini aparat keamanan TNI-Polri berupaya menciptakan keamanan dan kedamaian bagi percepatan pembangunan di Tanah Papua. Selain itu, pemerintah harus mengambil sikap tegas serta tidak melakukan pembiaran terhadap gerakan-gerakan yang dapat mengganggu keamanan dan ketertiban masyarakat oleh siapa pun. Hal ini demi kedaulatan dan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Kemudian di sisi peningkatan kesejahteraan, khususnya di wilayah Papua, Berto mengatakan bahwa semua pihak harus berterima kasih kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi) karena pada era pemerintahannya fokus pada pemerataan pembangunan, khususnya di wilayah timur Indonesia, baik itu menyangkut pembangunan infrastruktur, pemerataan harga BBM, komoditas pendukung lainnya, maupun pengambil alihan saham PT Freeport Indonesia secara maksimal yang sepenuhnya bagi kesejahteraan masyarakat Indonesia, khususnya di Papua.

Selain itu, pemerintah telah berkomitmen untuk mengatasi konflik di Papua melalui pendekatan yang menyeluruh. Melalui berbagai pendekatan pemerintah terus melakukan hal terbaik membangun Papua demi kesejahteraan  masyarakat. Dengan menggabungkan keamanan dan pembangunan, pemerintah berusaha menciptakan kondisi yang aman dan mendukung bagi masyarakat Papua. Melalui pengamanan wilayah, penegakan hukum, pembangunan infrastruktur, dan pemberdayaan masyarakat, pemerintah berupaya mencapai keamanan dan pembangunan berkelanjutan di Papua. Partisipasi masyarakat Papua dalam proses pengambilan keputusan juga ditekankan untuk memastikan bahwa kebijakan dan program pemerintah responsif terhadap kebutuhan lokal. Dengan upaya bersama, diharapkan konflik OPM dapat diatasi dan wilayah Papua dapat mencapai perdamaian dan kemajuan yang berkelanjutan.

Hal senada juga dikatakan oleh Ketua MPR RI, Bambang Soesatyo yang mengatakan bahwa aksi OPM sangat membahayakan lantaran kerap menyerang warga Papua dari mulai masyarakat sipil, guru, tenaga kesehatan bahkan hingga aparat TNI dan Polri. Sehingga segala tindakan yang dilakukan oleh OPM sangat meresahkan dan mendapatkan banyak kecaman dari berbagai pihak khususnya masyarakat Papua. Masyarakat Papua sampai kapanpun tidak akan pernah mendukung apapun yang dilakukan oleh OPM, karena aksi mereka hanya akan merugikan dan membuat kekacauan di Tanah Papua.

Di samping dengan penindakan tegas, Bambang Soesatyo juga mendukung pemerintah melalui pendekatan non senjata untuk meredam aksi anarkis OPM. Pendekatan itu bisa dilakukan melalui tokoh agama, tokoh adat dan kepala daerah setempat. Dengan upaya penindakan tegas dan pendekatan humanis yang beriringan, Bambang Soesatyo berharap aksi OPM yang meresahkan bisa secepatnya diredam.

Teror OPM yang sudah melewati batas dan sampai tega melakukan pembunuhan, membuat masyarakat mengecam kelompok separatis tersebut. Banyak orang tidak habis pikir, bagaimana bisa mereka bangga akan hasil kekejaman yang sudah dilakukan, lalu menyebarkan video melaui media sosial. Masyarakat sangat mengutuk aksi OPM karena kerap menembak dan menyerang warga sipil Papua. OPM telah kehilangan rasa kemanusiaan dan ingin mewujudkan memerdekakan Papua, dengan mengorbankan banyak warga sipil. Padahal warga tersebut jelas tidak bersalah, namun tetap dibunuh karena tidak mau diajak pro dengan OPM.

Hingga saat ini, masyarakat sangat geram dengan aksi OPM karena terus melakukan tindak kekerasan, mengintimidasi melakukan aksi kriminal membunuh, memperkosa dan tindakan sadis lainnya tanpa prikemanusiaan kepada rakyat Papua. Aksi tersebut jelas dikecam seluruh masyarakat dunia. Padahal mereka sudah cinta NKRI, apalagi sekarang di Papua sudah semakin maju, sejak dipimpin oleh Presiden Joko Widodo. Buktinya kemajuan tersebut adalah adanya berbagai pembangunan infrastruktur yang sangat bermanfaat bagi kesejahteraan masyarakat Papua.

Sementara itu, dalam kesempatan yang berbeda Kapolda Papua, Irjen Mathius D. Fakhiri mengatakan OPM sering menggunakan metode kekerasan dalam upaya mencapai tujuan mereka. Banyak masyarakat Papua yang menolak kekerasan karena menyebabkan penderitaan dan ketidakamanan bagi warga sipil. Sebagian besar masyarakat Papua menginginkan perdamaian dan stabilitas di daerah mereka. Gangguan keamanan yang dilakukan oleh OPM sudah pasti akan menghambat upaya pemerintah membangun Papua, karena mengusik kehidupan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari, bahkan menimbulkan traumatis masyarakat karena intimidasi dan tindakan kekerasan yang dilakukan, sehingga menimbulkan instabilitas keamanan wilayah.

Gelora masyarakat Papua mendukung pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah sebagai cara untuk meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup mereka terus meningkat. Pembangunan infrastruktur seperti jalan, jembatan, pelabuhan, dan bandara membantu meningkatkan aksesibilitas dan konektivitas antar daerah, yang pada gilirannya membuka peluang ekonomi baru, seperti perdagangan dan pariwisata.

Lawan dan stop aksi kekerasan yang ditimbulkan OPM, agar implementasi pembangunan Papua bisa segera terwujud, kesejahteraan masyarakat pendidikan, kesehatan, kebutuhan pangan bisa segera terpenuhi dengan baik.

)* Penulis adalah Mahasiswa Papua tinggal di Yogyakarta