Pelaksanaan World Water Forum (WWF) atau forum air tingkat dunia di Nusa Dua, Bali menyajikan pengalaman pariwisata yang sangat berkesan dan berkelanjutan bagi siapapun yang hadir secara langsung termasuk para delegasi negara sahabat. Tidak hanya itu, perhelatan internasional tersebut juga telah mampu meningkatkan perputaran ekonomi dan memberdayakan perekonomian lokal, termasuk kalangan UMKM.

Presiden Joko Widodo secara resmi telah membuka gelaran WWF ke-10 pada Senin (20/5) yang dilaksanakan secara langsung di kawasan Nusa Dua Kabupaten Badung, Bali. Dalam kesempatan tersebut, Presiden Joko Widodo mengajak para kepala negara dan delegasi WWF-10 untuk bersama-sama merumuskan berbagai aksi nyata seputar pengelolaan air global secara inklusif.

Presiden Jokowi menggambarkan apabila hanya 1 persen air yang bisa diakses dan digunakan untuk keperluan minum dan sanitasi, dari sekitar 72 persen pemukaan bumi yang tertutup air. Kepala Negara itu turut menyebut bahwa sekitar 500 juta petani kecil juga rentan terpapar bencana kekeringan. Padahal kelompok tersebut menyumbang 80 persen pangan dunia. Oleh karenanya, Presiden Jokowi berharap agar WWF benar-benar dijadikan momentum tepat untuk merumuskan berbagai langkah konkret untuk mengatasi persoalan air.

Pelaksanaan WWF ke-10 bukan semata persoalan elit, namun tentu saja berkaitan langsung dengan masyarakat, mengingat air merupakan kebutuhan dasar dari seluruh manusia. Selain itu, pelaksanaan WWF ke-10 juga dianggap telah mampu menggerakan pariwisata dan perekonomian masyarakat termasuk kalangan Usaha, Mikro, Kecil dan Menengah.

Terkait hal tersebut, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), Sandiaga Uno mengatakan pelaksanaan WWF ke-10 telah mengerek perekonomian hingga mencapai Rp.1,7 triliun. Kemenparekraf optimis angka tersebut dapat tercapai selama gelaran WWF ke 10 atau sejak 18-25 Mei 2024 mendatang.

Menurut Sandiaga, angka tersebut dicapai dengan mengalikan total peserta World Water Forum ke-10 di Bali yang diperkirakan mencapai hingga 50 ribu orang dengan rata-rata pengeluaran untuk belanja termasuk produk UMKM mencapai sekitar Rp34 juta.

Tak hanya perekonomian, WWF ke-10 juga terbukti mampu memberdayakan UMKM lokal di Bali. Pasalnya, Pemerintah melibatkan sebanyak 500 pelaku UMKM yang memajang produk mereka, tersebar di tiga lokasi selama pelaksanaan World Water Forum Ke-10 itu. Ketiga lokasi tersebut meliputi di Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC), pameran juga diadakan di lokasi lain yakni di Kuta dan Bali Collection Nusa Dua.
Sementara itu, Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Bali, Tjok Bagus Pemayun menambahkan bahwa Pemerintah Indonesia melangsungkan tradisi Melukat kepada para delegasi WWF karena di dalamnya memang berisi mengenai acara tentang air, sebagaimana dalam ritual agama Hindu tersebut yang memiliki makna pembersihan secara sekala dan niskala (jasmani dan rohani), baik itu dalam jiwa maupun pikiran.

Pembersihan dari manusia sebagai alam terkecil dan alamat semesta, seluruhnya menggunakan sarana air. Selain itu, dengan adanya tradisi tersebut juga menjadikan sumber-sumber mata air semakin lestari dengan memanfaatkan mata air sebagai bagian dari ritual, menandakan masyarakat mampu menjaga hubungan baik dengan alam semesta.

Melalui tradisi Melukat juga terjadi interaksi sosial dengan para pelaku ritual yang berasal dari berbagai daerah. Lebih lanjut, dalam prosesi tersebut sama sekali tidak ada komersialisasi, akan tetapi memang secara umum WWF sendiri berdampak pada kesejahteraan masyarakat. Dalam prosesi Melukat itu bisa menjadi paket wisata, sehingga memberikan dampak sangat positif bagi perekonomian masyarakat sekitar.

Keseluruhan pelaksanaan World Water Forum ke-10 di Bali sepenuhnya sangat lekat dengan berbagai nilai budaya Indonesia khususnya Bali, sehingga mampu memberikan multiplier effect yang sangat besar bagi industri pariwisata dan ekonomi kreatif, bahkan mulai dari hulu hingga ke hilir yang terus mendorong terbukanya peluang usaha dan lapangan kerja baru yang berkualitas.

Perhelatlan forum air tingkat dunia ini juga melibatkan para pemuda setempat, sebagaimana komitmen kuat Sekretaris Daerah Provinsi (Sekdaprov) Bali, Dewa Made Indra yang menuturkan bahwa acara-acara penting di suatu daerah tidak boleh terpisah dari masyarakatnya sendiri.

Artinya, dalam pelaksanaan WWF ke-19 di Pulau Dewata, jelas masyarakat setempat mendapatkan porsi tersendiri untuk mendatangkan manfaat pula. Para pemuda terus terlibat untuk menciptakan situasi yang kondusif, sehingga tidak mengganggu dan menodai citra Bali.

Mereka semua terus terlibat dalam acara sampingan atau side event saat para delegasi WWF berkunjung ke Bali. Para pemuda juga bisa ikut dalam forum diskusi mengenai air untuk kesejahteraan bersama.

Sementara bagi para UMKM sendiri, mereka sangat terlibat pula dalam beberapa sektor seperti segi transportasi, hotel dan restoran untuk menyajikan hidangan untuk para delegasi World Water Forum mampu menggunakan produk lokal.

Ajang World Water Forum (WWF) atau forum air tingkat dunia ke-10 di Bali mampu menyajikan pengalaman berpariwisata yang sangat berkesan dan sama sekali tidak terlupakan serta berkonsep berkelanjutan karena sangat menjunjung tinggi kearifan lokal serta filosofi makna untuk menjaga lingkungan dan alam. Oleh sebab itu, diperlukan dukungan segenap elemen masyarakat untuk mendukung kesuksesan acara tersebut hingga selesai.