Bali – Menyambut World Water Forum ke-10 (WWF 2024) yang diselenggarakan di Bali pada 18-25 Mei 2024, pemerintah Indonesia memprioritaskan kegiatan yang menekankan pentingnya menjaga keseimbangan lingkungan, khususnya terkait pengelolaan sumber daya air.

Sejumlah langkah konkret telah diambil untuk mencapai tujuan ini, termasuk pembangunan Museum Air pertama di Kabupaten Tabanan.

“Museum ini sudah kami daftarkan di jejaring museum air internasional,” ungkap Staf Ahli Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Bidang Sumber Daya Air, Firdaus Ali saat ditemui di Bali.

Museum Air yang dibangun sejak tahun 2023 di wilayah Banjar Sanggulan, Desa Banjar Anyar, Kecamatan Kediri, Tabanan ini bertujuan untuk mendukung penyelenggaraan WWF 2024. Diharapkan museum ini menjadi salah satu lokasi kunjungan delegasi WWF 2024, bersama dengan objek wisata alam lainnya seperti Danau Batur.

Pemerintah Indonesia mengundang 44 kepala negara/pemerintahan serta 168 menteri dari berbagai negara untuk hadir dalam forum tersebut. Sebanyak 50.000 delegasi dari berbagai negara di seluruh dunia diharapkan turut berpartisipasi dalam WWF 2024 di Bali.

Menurut Staf Ahli Menteri PUPR Bidang Sumber Daya Air, Firdaus Ali, Indonesia ingin membawa air sebagai sumber pertumbuhan dan kesejahteraan bersama dalam WWF 2024.

“Kita sepakat pertemuan di Bali nanti adalah pertemuan yang sangat monumental untuk mentransformasi semua kebijakan, semua spirit untuk kita bersama-sama menyongsong masa depan untuk membuat air adalah sumber kehidupan, pertumbuhan, kedamaian, bukan sebaliknya,” ujarnya.

Dalam konteks global, tantangan yang dihadapi dalam pengelolaan air semakin kompleks. Perubahan iklim telah meningkatkan tekanan pada sumber daya air, menyebabkan krisis lahan dan air di banyak negara.

Sementara itu, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Indonesia telah aktif dalam melakukan riset dan inovasi guna memberikan solusi terhadap krisis air.

“Dampak dari perubahan iklim terhadap sumber daya air saat ini sangat luar biasa. Adanya berbagai fenomena perubahan iklim menyebabkan tekanan pada sumber daya air meningkat sehingga mengakibatkan krisis lahan dan air,” ujar Deputi Bidang Kebijakan Pembangunan BRIN, Mego Pinandito.

Langkah-langkah inovatif seperti pengembangan teknologi pemanenan air hujan, penangkap embun kabut, dan proyek pemompaan air bawah tanah menjadi bagian dari upaya pemerintah Indonesia dalam mengatasi krisis air.

Selain itu, kunjungan delegasi WWF 2024 ke Desa Jatiluwih di Kabupaten Tabanan, Bali, juga menjadi kesempatan untuk menunjukkan praktik leluhur masyarakat Bali dalam menjaga keseimbangan alam dan kehidupan sosial masyarakat.

“Kunjungan WWF ini mendorong masyarakat Desa Jatiluwih tidak hanya akan meninggalkan kesan yang mendalam tentang nilai budaya dan alam, tetapi juga menjadi langkah maju dalam dialog global mengenai keberlanjutan lingkungan dan pengelolaan sumber daya air,” kata Pengamat Ekonomi dan Pariwisata, Trisno Nugroho.

Diharapkan, kegiatan WWF 2024 di Bali bukan hanya menjadi forum untuk berdiskusi, tetapi juga menjadi momentum untuk menghasilkan komitmen dan solusi konkret dalam menjaga keseimbangan lingkungan dan pengelolaan sumber daya air secara berkelanjutan.