Oleh : Davina G

Indonesia diyakini akan memberi pengaruh besar terhadap pengambilan keputusan dan kebijakan tata kelola air untuk kepentingan global. Gelaran World Water Forum Ke-10 pada 18-25 Mei di Bali pun menjadi momentum memastikan seluruh dunia bergerak bersama menjaga keberlangsungan sumber daya air untuk kehidupan manusia.

Hal tersebut ditegaskan oleh Wakil Ketua Sekretariat Panitia Nasional World Water Forum Ke-10 sekaligus Staf Ahli Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Bidang Teknologi, Industri, dan Lingkungan, Endra S. Atmawidjaja. Endra mengatakan bahwa sejak awal pada berbagai forum, Indonesia memang konsisten mendorong persoalan air untuk dibahas di level tertinggi, dan harus ada pula dorongan yang kuat dari para pengambil kebijakan.

Indonesia membawa tiga misi khusus untuk disepakati dalam pertemuan WWF di Bali nanti. Ketiga misi tersebut, yakni Center of Excellence on Water and Climate Resilience, mainstream integrated water management in small islands, dan kegiatan rutin World Lake Days atau Hari Danau Sedunia. Hal ini penting untuk dibahas karena danau menjadi salah satu sumber baku, energi, bahkan pengendali bencana alam banjir.

Kemudian, World Water Forum Ke-10 memiliki tiga proses utama, yaitu proses politik, regional, dan tematik di mana ketiganya akan melibatkan berbagai pemangku kepentingan mulai dari pemimpin negara, menteri, pemimpin daerah, akademisi, peneliti, hingga generasi muda yang akan saling bertukar pikiran maupun pengalaman.

Diketahui, terdapat 230 sesi forum tematik, 55 side events, serta 10 special sessions dalam acara ini. Selain itu, Pemerintah Indonesia juga turut mengundang sejumlah kepala negara,kepala lembaga internasional, dan menteri atau setingkat menteri yang akan bertanggung jawab terhadap isu sumber daya air.

Lebih lanjut, Staf Ahli Menteri PUPR Bidang Sumber Daya Air, Firdaus Ali mengatakan bahwa akan segara menyelenggarakan WWF Ke-10 untuk membahas berbagai isu krusial terkait air dan untuk memajukan hydro diplomacy, yakni pendekatan diplomasi yang fokus pada isu-isu terkait air dan mengedepankan dialog persuasif yang solutif.

Di dalamnya, sudah termasuk penanganan terkait manajemen sumber daya air, pemerataan distribusi air, mitigasi bencana terkait air, dan kerja sama lintas batas serta pembiayaan yang saling memberikan manfaat terkait air. Indonesia akan mendorong diplomasi air sebagai alat untuk mengedepankan dan mempromosikan dialog, kerja sama, dan solusi bersama terkait isu-isu air di tingkat lokal, regional, dan global.

Menurut Firdaus Ali, melalui hydro diplomacy, Indonesia berusaha memfasilitasi dialog antar negara melalui upaya berbagi ilmu pengetahuan, teknologi, dan pengalaman terkait manajemen sumber daya air, serta mendorong membangun kerja sama sinergis dalam upaya penyelesaian konflik terkait air di berbagai wilayah.

Selanjutnya, membangun kapasitas dalam pengelolaan sumber daya air yang berkelanjutan dan inklusif, mendorong investasi dan teknologi baru dalam pengelolaan air yang efisien dan berkelanjutan, serta memperkuat kerja sama regional dan global dalam penyelesaian konflik terkait air dan pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan terkait air (SDGs).

Salah satu tujuan dalam SDGs yang diadopsi oleh PBB adalah menjamin ketersediaan dan pengelolaan air bersih dan sanitasi yang berkelanjutan untuk semua elemen masyarakat, dan tujuan ini harus dicapai pada tahun 2030 mendatang. Firdaus Ali mengatakan bahwa masalah air ini bukanlah masalah negara kaya ataupun negara miskin, karena air tidak mengenal masalah administrasi, melainkan masalah global yang memang harus ditangani bersama-sama.

Indonesia tentunya sangat berkomitmen untuk berperan aktif dalam mendukung solusi terkait air di tingkat global. Melalui partisipasinya dalam WWF, Indonesia berharap dapat memperkuat kolaborasi antar negara dan memajukan agenda air global untuk kesejahteraan bersama.

Dengan mengangkat misi untuk menjadikan air sebagai sumber kesejahteraan masyarakat dalam Forum Air Sedunia atau World Water Forum (WWF) 2024, Pemerintah melihat banyaknya tantangan air global seperti kelangkaan, pencemaran, dan bencana alam akibat perubahan iklim, Indonesia ingin menjadikan air sebagai solusi atas permasalahan tersebut dan bukanlah sebagai sumber konflik.

Selain itu, misi dari forum ini adalah mendorong pemikiran yang inovatif dalam mengatasi isu dan permasalahan terkini dalam pengelolaan sumber daya air, serta meningkatkan komitmen dan aksi para pembuat kebijakan dalam mengelola dan mengembangkan sumber daya air yang berkelanjutan.

Pada perhelatan WWF 2024 mendatang, topik-topik yang dibahas mencakup beragam aspek seperti pengelolaan sumber daya air berkelanjutan, akses air bersih dan sanitasi, adaptasi perubahan iklim terhadap sumber daya air, serta isu-isu sosial dan ekonomi yang terkait dengan air. Forum ini juga memberikan kesempatan bagi negara-negara dan komunitas internasional untuk berkolaborasi menyukseskan WWF ini melalui solusi konkret untuk menjawab tantangan-tantangan air yang dihadapi dunia saat ini.

Firdaus Ali menambahkan bahwa Indonesia ingin menekankan pada pentingnya peran air dalam kehidupan tidak hanya manusia, tetapi juga semua makhluk hidup. Forum WWF di Bali nanti akan menjadi pertemuan monumental untuk mentransformasi semua kebijakan, untuk bersama-sama menyongsong masa depan membuat air menjadi sumber kehidupan, pertumbuhan, dan kedamaian.

Diharapkan, dengan suksesnya penyelenggaraan Water World Forum (WWF) Ke-10 di Bali, dapat menciptakan berbagai inovasi, ilmu pengetahuan, dan ide-ide baru untuk mengatasi masalah air secara global.

)* Penulis merupakan Pemerhati Lingkungan Forum Literasi Muda Batavia