Oleh: Andra Suhenda )*
World Water Forum (WWF) ke-10 yang akan berlangsung pada 18-25 Oktober di Bali adalah sebuah pertemuan yang sangat dinanti-nantikan. Acara tersebut merupakan salah satu wujud komitmen dan kontribusi Indonesia menangani isu air dalam skala global.
World Water Forum ke-10 akan diadakan di Bali dengan tema “Water for Shared Prosperity” dan membagi pembahasannya menjadi tiga topik: tematik, politik, dan regional. Ada enam subtema dalam topik tematik, yang mencakup berbagai aspek terkait air. Sedangkan pada topik regional, pembahasan akan dibagi berdasarkan wilayah, mengingat setiap wilayah memiliki tantangan yang unik terkait air.
Dengan mengundang perwakilan dari sejumlah negara serta sejumlah organisasi internasional engan perkiraan partisipasi sekitar 30.000 peserta, termasuk 32 kepala negara anggota WWC. Berbagai mitra kerja sama internasional juga diharapkan hadir untuk berkontribusi dalam pembahasan isu-isu terkait air. Acara ini menjadi platform penting bagi untuk saling berkolaborasi dalam mengatasi masalah-masalah yang berkaitan dengan pengelolaan air. Acara ini tidak hanya sekadar ajang diskusi, tetapi diharapkan akan menghasilkan solusi konkret untuk menghadapi tantangan nyata yang dihadapi di sektor pengelolaan air.
Penyelenggaraan forum ini menargetkan partisipasi sebanyak 30.000 orang, termasuk kepala negara, menteri, dan perwakilan dari berbagai organisasi. Hal ini menunjukkan komitmen Indonesia dalam memperjuangkan masalah air secara global melalui aksi konkret dan kolaborasi lintas sektor dan negara.
Indonesia telah mendapatkan kehormatan untuk menjadi tuan rumah WWF ke-10, dan ini menandai peran pentingnya Indonesia dalam mengatasi isu-isu air global. Indonesia menekankan pentingnya aksi konkret dan kebijakan. Nani menegaskan bahwa kebijakan menjadi aspek penting dalam penanganan masalah air, dan forum ini melibatkan berbagai pihak, termasuk pengambil kebijakan, pakar, akademisi, dan sains.
Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Lingkungan dan Kehutanan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves), Nani Hendiarti, menegaskan bahwa World Water Forum ke-10 akan difokuskan pada pengembangan aksi konkret untuk menangani isu dan persoalan air global. Sebagai tuan rumah forum internasional yang akan diadakan di Bali pada 18-25 Mei 2025, Indonesia bertekad untuk menampilkan solusi dan kontribusi terhadap penanganan masalah air global.
Nani menjelaskan bahwa Indonesia akan mengusulkan tiga hal penting dalam forum tersebut. Pertama adalah pendanaan pelayanan air untuk mitigasi bencana terkait air yang dipicu oleh perubahan iklim di negara kepulauan. Kedua adalah pembentukan Centre of Excellence on Water and Climate Resilience. Dan ketiga adalah usulan untuk World Lake Day atau Hari Danau Sedunia.
Forum internasional tersebut dapat mempercepat tindakan antisipasi dan penanganan kelangkaan air, ketangguhan terhadap bencana yang terkait dengan air, serta mewujudkan pasokan dan akses air yang terjangkau bagi semua orang.
Direktur Jenderal Cipta Karya Kementerian PUPR, Diana Kusumastuti, menekankan bahwa Program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (Pamsimas) dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (Sanimas), menjadi contoh baik karena mampu meningkatkan akses air bersih dan sanitasi di daerah pedesaan dan perkotaan yang padat. Kunci keberhasilan program ini adalah kolaborasi antara pemerintah dan masyarakat serta minimnya biaya yang dibebankan kepada masyarakat.
Pamsimas telah berhasil meningkatkan akses air minum dan sanitasi di pedesaan, sementara Sanimas fokus pada penyediaan prasarana air limbah di daerah perkotaan padat. Kedua program ini melibatkan masyarakat dalam seluruh proses, mulai dari perencanaan hingga pemeliharaan fasilitas, dengan tujuan agar manfaat yang diperoleh dapat berkelanjutan.
Dalam World Water Forum ke-10, Indonesia akan menyuarakan pentingnya air sebagai faktor kunci menuju kemakmuran bersama, terutama bagi negara-negara anggota WWC. Pemerintah akan mengusulkan berbagai langkah untuk meningkatkan cakupan pelayanan air minum, meningkatkan kapasitas penyelenggaraan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM), serta meningkatkan peran dan komitmen pendanaan dari berbagai pihak.
Selain itu, dalam forum tersebut akan dilakukan pembahasan secara spesifik tentang isu-isu terkait air, baik dari segi politik, regional, maupun tematik. Diana menegaskan bahwa sinergi antara ketiga proses tersebut diperlukan untuk mencapai solusi nyata dalam mengatasi masalah air.
Pembangunan infrastruktur air minum juga akan dilakukan sesuai dengan Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RISPAM), dengan memanfaatkan berbagai sumber pendanaan, termasuk APBN, APBD, dan alternatif pendanaan lainnya. Diharapkan bahwa badan usaha milik daerah (BUMD) yang telah berkinerja baik akan menggunakan pembiayaan alternatif dari luar anggaran pemerintah.
Inisiatif Indonesia untuk mengambil posisi sebagai tuan rumah untuk forum yang membahas semua aspek dari air di dunia, merupakan hal yag sangat penting. Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia menyebutkan bahwa World Water Forum merupakan inisiatif Indonesia untuk membahas ekosistem air di level global.
Sumber daya air merupakan sebuah ekosistem yang mulai dari hulu hingga hilir, sehingga tidak hanya membahas masalah ketersediaan air namun juga membahas teknologi, pendanaan dan tantangan. Penunjukan Indonesia sebagai tuan rumah World Water Forum Ke-10 merupakan yang pertama di kawasan Asia Tenggara yang akan berlangsung di Nusa Dua Provinsi Bali pada 18-25 Mei 2024 oleh World Water Council (WWC), dan dinilai menjadi bukti kepercayaan lembaga internasional terhadap Indonesia.
)* Penulis adalah kontributor Bumi Hijau Institute