Oleh: David Kiva Prambudi )*

Masyarakat dan segenap elemen bangsa Indonesia harus menunjukkan sikap kedewasaan dalam menjunjung tinggi asas serta nilai dalam berdemokrasi di Tanah Air, yakni dengan menerima apapun hasil akhir dari sengketa dan siapa yang akan menjadi pemenang dalam Pemilihan Umum (Pemilu) 2024.

Penyikapan untuk menerima apapun dan bagaimanapun hasil akhir pada pesta demokrasi serta kontestasi politik dalam perhelatan Pemilu itu jelas merupakan hal yang harus dilakukan oleh seluruh masyarakat.

Karena ketika masyarakat sudah mampu menunjukkan sikap untuk menerima dengan lapang dada apapun yang menjadi keputusan akhir termasuk bagaimana hasil dari sengketa Pemilu di Mahkamah Konstitusi (MK), maka mereka juga merepresentasikan bahwa bangsa ini telah berhasil menerapkan asas demokrasi yang dewasa.

Mantan Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. Dr. Dede Rosyada menilai bahwa masyarakat dan sistem demokrasi di Tanah Air sudah semakin dewasa sejauh ini. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya pertisipasi politik di tingkat masyarakat yang sangat tinggi.

Bukan hanya itu, namun kedewasaan demokrasi di Indonesia juga ditandai pula dengan bagaimana keberhasilan pelaksanaan Pemilihan Umum (Pemilu) yang mampu berjalan dengan aman, jujur dan adil.

Maka dari itu, dengan adanya situasi kedewasaan berdemokrasi yang sudah baik di Indonesia, hendaknya seluruh pihak mampu terus mendukungnya dan menjaganya, termasuk dari pihak di sektor pendidikan seperti kampus atau perguruan tinggi.

Kampus dan perguruan tinggi hendaknya terus mengusung prinsip yang moderat, toleran, pluralis dan harmonis sebagai bagian dari pendidik generasi penerus bangsa yakni para mahasiswa yang nantinya juga akan terjun secara langsung ke tengah masyarakat. Seluruhnya memiliki kewajiban untuk mampu bersama-sama dalam menjaga demokrasi tetap dewasa.

Sebagai warga negara yang baik, masyarakat hendaknya memang terus mengusung tinggi berjalannya prinsip demokrasi dan perdamaian di negeri ini serta meniadakan segala hal yang kemungkinan bisa menodai serta mengganggu atau merusak sistem demokrasi itu sendiri.

Bersama-sama dalam menjaga kemurnian dan ketertiban di tengah masyarakat, menghindari tindakan negatif dalam bentuk apapun hingga menerima apapun yang sudah menjadi keputusan akhir mengenai siapa pemenang dalam Pemilu 2024 merupakan beberapa contoh menegakkan kedewasaan demokrasi.

Segenap elemen masyarakat, pendukung ataupun kubu calon presiden dan calon wakil presiden (capres-cawapres) sampai pada partai politik (parpol) diharapkan terus mampu memperlihatkan kedewasaan dengan menjaga kondisi kedamaian dan sikap mampu menerima lapang dada apapun yang menjadi keputusan dalam sidang sengketa Pemilu di MK.

Direktur Democracy and Electoral Empowerment Partnership (DEEP) Indonesia, Neni Nur Hayati mengatakan bahwa seluruh pihak mesti bersikap dengan sangat bijak dan dewasa untuk menerima apapun keputusan akhir dari Mahkamah Konstitusi tersebut.

Tidak cukup jika hanya dari masyarakat saja, namun seluruh kontestan yang juga terlibat dalam kontestasi politik 2024 itu hendaknya memiliki jiwa adiluhung untuk dapat merawat kebersamaan, tenggang rasa dan saling berjiwa besar.

Dengan bagaimana kemajuan pada sektor informasi, teknologi dan komunikasi belakangan ini maka seharusnya menjadikan masyarakat jauh lebih cerdas karena akses akan informasi mengenai apapun sudah sangat mudah didapatkan sehingga hal tersebut diharapkan akan berkorelasi sikap dewasa dan bertanggung jawab dari masyarakat untuk terus menjaga iklim demokrasi di Indonesia.

Meski begitu, namun tetap saja perkembangan teknologi, informasi dan komunikasi bisa saja menjadi pisau bermata dua sehingga masyarakat harus terus mewaspadai kemungkinan penyebaran berita bohong atau hoaks hingga adanya intimidasi dalam bentuk apapun, terlebih mengenai berita terkait dengan sengketa Pemilu di MK.

Di sisi lain, semua aktor politik termasuk juga pemerintah hendaknya dapat mengedepankan sikap keteladanan yang baik sehingga mampu menjadi contoh yang bisa ditiru oleh masyarakat mengenai bagaimana caranya menjunjung kedewasaan dalam berdemokrasi.

Hendaknya seluruh pihak jangan menyebarkan fitnah, jangan pula menyampaikan ujaran kebencian dalam bentuk apapun, apalagi sampai menyebarkan informasibohong atau berita hoaks hingga berpotensi untuk memprovokasi orang lain serta semakin mendiskreditkan antara satu kandidat dengan pihak lainnya.

Sementara itu, Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia (MPR RI), Prof. Dr. Ir. Fadel Muhammad juga meminta kepada seluruh masyarakat untuk bisa bersikap dewasa terhadap apapun dan bagaimanapun hasil akhir dari sengketa Pemilu di Mahkamah Konstitusi.

Semuanya harus bisa disikapi dengan dewasa sehingga kontestasi politik di Indonesia mampu berakhir secara damai dan tidak lagi terjadi ribut-ribut agar kondisi ekonomi di Tanah Air pun bisa semakin membaik, karena nyatanya justru dengan adanya keributan hanya akan menimbulkan banyak sekali kerugian kepada seluruh pihak pula.

Dalam menyikapi apapun serta bagaimanapun hasil akhir yang ditetapkan pada sidang sengketa Pemilihan Umum (Pemilu) di Mahkamah Konstitusi (MK), hendaknya seluruh elemen masyarakat harus menunjukkan sikap kedewasaan dalam menjunjung tinggi asas demokrasi di Tanah Air. )* Kontributor Yudistira Institute