Oleh: Aulia Azzahra )*
Sebagai negara dengan populasi muslim terbesar di dunia, Indonesia telah berhasil menjaga harmoni dan toleransi antara umat beragama yang berbeda. Namun, dalam beberapa akhir ini, kita telah menyaksikan peningkatan gerakan khilafah yang mengancam keutuhan bangsa. Oleh sebab itu, semua pihak diminta untuk senantiasa mencegah penyebaran khilafah tersebut yang justru banyak tertolak di banyak negara muslim.
Pengurus Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (LAKPESDAM) PBNU, M. Najih Arromadloni mengatakan gerakan khilafah ini harus menjadi perhatian serius bagi semua kalangan. Tren penurunan serangan teror harusnya tidak melalaikan bangsa bahwa organisasi terlarang itu rupanya hanya “berganti baju” dengan tetap membawa substansi propaganda yang sama. Karena itu, kontra narasi perlu dilakukan secara terukur dan masif untuk mengantisipasi “metamorfosis” ini.
Pada era digital yang semakin maju ini, propaganda dapat dengan mudah menyebar melalui berbagai platform media sosial dan situs web seperti konten-konten yang ada saat ini. Salah satu bentuk propaganda yang harus diwaspadai adalah propaganda khilafah yang ditujukan untuk generasi muda. Generasi muda merupakan sasaran utama dari propaganda ini karena mereka sangat rentan terhadap pengaruh ekstremisme dan radikalisasi.
Konten Khilafah itu menjadi menarik bagi anak muda, karena memang isinya adalah buaian, hal-hal yang bersifat utopis, yang sangat sulit dicapai, hal-hal yang bersifat khayalan. Kebanyakan yang disampaikan terkait dengan narasi kebangkitan khilafah itu kebanyakan adalah khayalan. Misalnya narasinya bahwa segala hal yang berkaitan dengan khilafah itu semuanya ideal, padahal tidak begitu.
Sebagai negara yang berpenduduk mayoritas Muslim, Indonesia memiliki sejarah panjang dalam menghadapi gerakan-gerakan radikal. Salah satu gerakan radikal yang paling dikenal adalah gerakan Khilafah yang bertujuan untuk mendirikan negara Islam yang diatur oleh hukum Syariah. Meskipun gerakan ini telah dilarang di Indonesia, propaganda Khilafah masih tetap ada dan aktif dalam mencoba mempengaruhi generasi muda.
Propaganda Khilafah menggunakan berbagai strategi untuk mempengaruhi generasi muda. Salah satunya adalah melalui penggunaan media sosial dan situs web. Mereka menggunakan platform ini untuk menyebarkan pesan-pesan radikal dan mempengaruhi pemikiran generasi muda. Mereka juga menggunakan ceramah, seminar, dan acara-acara publik untuk menyebarkan ideologi mereka kepada generasi muda.
Salah satu tujuan utama propaganda Khilafah adalah untuk menciptakan generasi muda yang terpengaruh oleh ideologi mereka. Mereka ingin mengubah pemikiran generasi muda agar mendukung gerakan Khilafah dan memperjuangkan pendirian negara Islam. Mereka mencoba memanfaatkan ketidakpuasan generasi muda terhadap pemerintah dan situasi politik yang ada untuk memperoleh dukungan mereka.
Guru Besar Ilmu Politik di Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ), Prof. Sri Yunanto mengatakan bahwa belakangan ini muncul acara bernuansa pop-culture dengan judul “Metamorforshow: It’s Time to be Ummah” yang digelar di Teater Tanah Airku, Taman Mini Indonesia Indah (TMII) 19 Februari 2024 lalu.
Kegiatan itu ditengarai sarat dengan propaganda penegakan khilafah oleh kelompok Hizbut Tahrir Indonesia (HTI). Gerakan clandestine yang pernah dilakukan ada di belahan dunia manapun, dilarangnya HTI tidak membuat geliat para aktivisnya mati. Bahkan bisa diketahui bersama, melalui acara “Metamorforshow: It’s Time to be Ummah” mereka justru memperlihatkan usahanya menarik simpati generasi muda melalui format acara yang menyenangkan seperti stand-up comedy dan konser musik.
Namun, kita harus mewaspadai propaganda Khilafah ini dan melindungi generasi muda dari pengaruhnya. Salah satu langkah yang dapat kita ambil adalah dengan meningkatkan pemahaman generasi muda tentang nilai-nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika. Kita harus mengajarkan mereka tentang pentingnya keragaman, toleransi, dan persatuan dalam masyarakat kita.
Selain itu, kita juga perlu meningkatkan pemahaman generasi muda tentang agama Islam yang moderat dan damai. Kita harus mengajarkan mereka bahwa agama tidak boleh digunakan sebagai alat untuk membenarkan kekerasan atau memaksakan kehendak kepada orang lain. Kita harus mengajarkan mereka tentang pentingnya menghormati perbedaan dan hidup berdampingan dengan damai.
Pemerintah juga memiliki peran penting dalam mewaspadai propaganda Khilafah ini. Mereka harus memperketat pengawasan terhadap situs web dan akun media sosial yang menyebarkan propaganda Khilafah. Mereka juga harus meningkatkan kerjasama dengan lembaga pendidikan dan agama untuk mengidentifikasi dan mengatasi potensi radikalisasi generasi muda.
Dengan kerjasama antara pemerintah, masyarakat, dan lembaga pendidikan, kita dapat melindungi generasi muda dari pengaruh ekstremisme dan radikalisasi. Kita harus terus meningkatkan pemahaman mereka tentang nilai-nilai Pancasila, agama yang moderat, dan pentingnya hidup berdampingan dengan damai.
Generasi muda adalah aset berharga bagi bangsa ini. Kita harus melindungi mereka dan memberikan mereka kesempatan untuk berkembang menjadi individu yang bertanggung jawab, toleran, dan mampu berkontribusi positif bagi masyarakat. Dengan mewaspadai propaganda Khilafah yang ditujukan kepada generasi muda, kita dapat menjaga keamanan dan stabilitas negara kita serta mencegah terjadinya konflik yang berpotensi merugikan kita semua.
Melawan propaganda khilafah adalah tanggung jawab bersama. Mawas diri adalah tugas moral seluruh elemen bangsa. Dengan meningkatkan literasi digital, kritis terhadap informasi, melibatkan generasi muda, dan mendukung upaya pemerintah, kita dapat menjaga dari propaganda yang mencemarkan kesuciannya, yakni propaganda khilafah yang tidak hanya memanipulasi Islam tetapi juga mengancam Indonesia.
)* Penulis adalah mahasiswa PTS di Jakarta