Oleh : Hadi Atmaja )*
Generasi muda memiliki peran yang sangat penting dalam World Water Forum ke-10 di Bali. Mereka adalah agen perubahan yang dapat membawa gagasan segar, energi, dan inovasi dalam upaya menjaga dan mengelola sumber daya air secara berkelanjutan. Selain itu, generasi muda dapat menjadi agen perubahan dalam meningkatkan kesadaran tentang pentingnya sumber daya air dan dampak perubahan iklim pada air. Mereka dapat mengorganisir kampanye pendidikan dan kegiatan sosial untuk membangun kesadaran masyarakat tentang cara menggunakan air secara bijaksana.
Generasi muda sering kali membawa ide-ide inovatif dan solusi teknologi baru dalam pengelolaan air. Mereka dapat terlibat dalam pengembangan teknologi hijau, seperti sistem pengolahan air bersih yang ramah lingkungan atau teknologi irigasi yang efisien. Selanjutnya generasi muda dapat menjadi suara bagi generasi mendatang dalam pembuatan kebijakan terkait pengelolaan air. Mereka dapat terlibat dalam advokasi untuk kebijakan yang mendukung pengelolaan air yang berkelanjutan dan inklusif.
Kemudian melalui partisipasi dalam World Water Forum, generasi muda memiliki kesempatan untuk membangun jaringan dengan pemimpin dan profesional dari berbagai latar belakang. Ini memungkinkan mereka untuk belajar dari orang lain, berbagi ide, dan membangun kemitraan untuk proyek-proyek masa depan.
Direktur Informasi dan Komunikasi Perekonomian dan Maritim, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo), Septriana Tangkary mengatakan penyelenggaraan World Water Forum ke-10 merupakan kesempatan yang sangat baik bagi generasi muda untuk berdiskusi dan bertukar ilmu dengan berbagai pemangku kepentingan dari berbagai negara untuk mencari solusi berbagai tantangan dalam bidang sumber daya air.
Septriana juga mengajak para generasi muda untuk menyuarakan mengenai forum ini dan isu air di Indonesia melalui kanal-kanal yang mereka miliki, seperti di media sosial, sekolah, kampus, teman, hingga keluarga. Pihaknya juga mengajak seluruh pihak dalam menjaga dan mengelola air untuk kemakmuran bersama, karena air adalah sumber kehidupan kita semua.
Indonesia sendiri tengah melakukan berbagai langkah dalam rangka menanamkan empati dan aktivitas ramah lingkungan kepada generasi muda. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) akan mengenalkan upaya Indonesia dalam memajukan pendidikan lingkungan hidup lewat Sekolah Adiwiyata dalam momen World Water Forum Ke-10 di Bali. anak-anak di sekolah dalam memajukan pendidikan lingkungan hidup lewat Sekolah Adiwiyata dalam World Water Forum Ke-10 di Bali.
Kepala Pusat Pengembangan Generasi Lingkungan Hidup dan Kehutanan Sinta Saptarina Soemiarno, menjelaskan bahwa sekolah, yang berpredikat Adiwiyata, adalah sekolah yang berhasil melaksanakan gerakan peduli dan berbudaya lingkungan hidup di sekolah. Saat ini sudah terdapat 28 ribuan sekolah yang menjadi Sekolah Adiwiyata di Indonesia, dan terus berkembang dari awalnya hanya 10 sekolah contoh pada 2006 dan hanya di Pulau Jawa. Namun saat ini sudah terdapat 28.270 sekolah yang tersebar di seluruh Indonesia.
World Water Forum ke-10 di Bali pada tanggal 18-25 Mei 2024, merupakan pertemuan internasional sektor air terbesar di dunia yang diadakan setiap tiga tahun sekali sejak tahun 1997. Tahun ini Indonesia sebagai tuan rumah akan membahas berbagai permasalahan dan potensi sumber daya air bagi dunia.
Seperti diketahui, sejak tahun 2000, 3/4 dari bencana alam di dunia adalah bencana yang berhubungan dengan air. Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) pun memperkirakan akan ada tiga miliar orang yang akan mengalami kelangkaan air bila suhu bumi naik 2 derajat celcius. Menanggapi itu, pertemuan Conference of the Parties 28 (COP28) kemudian mendesak negara-negara dan para pihak untuk mempercepat tindakan pada skala dan di semua tingkat, dari lokal hingga global untuk secara signifikan mengurangi kelangkaan air karena krisis iklim.
Hal lain yang didorong ialah meningkatkan ketangguhan terhadap bencana terkait air dan mewujudkan pasokan air yang tahan iklim, sanitasi yang tahan iklim dan akses air minim yang aman dan terjangkau bagi semua orang. Kemudian sebagai tuan rumah World Water Forum 2024, Indonesia akan mengedepankan leading by example, atau memberikan contoh konkret soal pengelolaan air yang dapat dibagikan ke negara lain agar bisa direplika dan dikembangkan, sehingga memberikan manfaat yang besar dalam pengelolaan air secara global.
Kemudian melibatkan pemuda dalam forum-forum internasional seperti World Water Forum, akan memberikanmereka kesempatan untuk belajar, berbagi, dan membangun keterampilan kepemimpinan serta jaringan profesional yang berharga. Tentunya hal ini dapat membantu meningkatkan kapasitas para generasi mudauntuk dapat berperan aktif dalam menjawab tantangan-tantangan global. Selanjutnya dengan mendorong partisipasi generasi muda dalam forum-forum internasional, kita juga mengakui pentingnya pendapat dan kontribusi mereka dalam pembuatan kebijakan. Hal ini dapat membantu mewujudkan prinsip inklusivitas dan pengambilan keputusan yang lebih demokratis.
Sementara itu, Communication Ambassador World Water Forum ke-10, Cinta Laura Kiehl mengingatkan kepada para generasi muda tentang pentingnya menjaga keberlangsungan air. Selain itu, pihaknya juga mengajak masyarakat untuk menyebarkan informasi tentang World Water Forum ke-10 agar semakin banyak yang ikut tergerak dalam menjaga dan mengelola air dengan tepat. Cinta juga mengatakan ancaman limbah khususnya plastik dapat merusak kelestarian air bersih. Maka dari itu, adanya World Water Forum ke-10 di Bali, yang mempertemukan berbagai kalangan dari berbagai negara dapat menjadi sarana komunikasi yang efektif dalam mencarikan solusi kebijakan yang tepat untuk menjaga pelestarian air bersih.
Selain itu, Cinta juga mengingatkan kepada seluruh masyarakat untuk tidak membuang air, karena masih banyak masyarakat yang memerlukan air bersih. Selain air, sampah juga perlu dibuang dengan benar sehingga tidak mengotori persediaan air. Kemudian partisipasi aktif pemuda dalam forum-forum seperti World Water Forum harus terus didorong, karena mereka adalah pemegang kunci bagi masa depan pengelolaan sumber daya air global.
)* Penulis merupakan pemerhati lingkungan