Oleh : Janu Farid Kesar )*

Aparat keamanan Republik Indonesia (RI) sudah sangat optimal dalam mencegah kemungkinan terjadinya teror pada saat perayaan Hari Raya Idul Adha 2024. Hal itu ditempuh dengan antara lain dengan melakukan penangkapan teroris dan berbagai mitigasi lainnya.

Aparat keamanan seperti Kepolisian, Tentara Nasional Indonesia (TNI) hingga Badan Intelijen Negara (BIN) terus berupaya mencegah adanya aksi teror, utamanya saat pelaksanaan Hari Raya Idul Adha. Tentunya, bagaimana peranan dari aparat keamanan RI yang sudah sangat optimal dalam mencegah kemungkinan terjadinya teror pada saat perayaan Idul Adha 2024 tersebut patut mendapatkan apresiasi yang sangat tinggi.

Pasalnya, dengan adanya pencegahan teror yang optimal, maka khidmatnya perayaan Hari Raya Idul Adha 2024 bisa terlaksana dengan sangat maksimal. Bukan hanya bagi kepentingan umat Muslim saja sebenarnya, melainkan kondusivitas dan stabilitas keamanan juga sangat penting bagi keberlangsungan bangsa ini.

Penetapan Hari Raya Idul Adha 2024 sendiri jatuh pada hari Senin, tanggal 17 Juni 2024, yang mana berdasarkan dengan hasil sidang isbat penentuan 1 Dzulhijjah 1445 Hijriah yang terlaksana pada Jumat, 7 Juni 2024 lalu.

Wakil Menteri Agama Republik Indonesia, Saiful Rahmat Dasuki mengungkapkan bahwa pemerintah telah menyepakati bahwa 1 Dzulhijjah tahun 14465 H jatuh pada hari Sabtu 8 Juni 2024 Masehi, sehingga Hari Raya Idul Adha jatuh pada Senin 17 Juni 2024.

Sudah barang tentu pelaksanaan suatu perayaan besar seperti hari raya tersebut mampu berjalan dengan penuh kedamaian dan kondusivitas, tanpa adanya ancaman atau kemungkinan gangguan dari pihak manapun.

Oleh karenanya, peranan aparat keamanan menjadi sangat penting sebagai pionir utama dalam mengawal stabilitas keamanan negeri ini, sehingga masyarakat Indonesia dalam merayakan hari raya apapun, termasuk Idul Adha bisa dengan jauh lebih khidmat.

Sebagai aksi nyata dari aparat keamanan, Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) berhasil melakukan penangkapan kepada seorang pelaku yang berprofesi sebagai seorang pedagang bubur dan dirinya terduga menjadi afiliasi dengan kelompok teroris ISIS di Tanah Air.

Dengan tidak segan, aparat keamanan langsung melaksanakan penegakan hukum yang tegas terhadap satu orang tersangka tersebut, yang mana dirinya diduga memiliki afiliasi dengan kelompok pendukung ISIS di Karawang, Provinsi Jawa Barat (Jabar).

Tidak cukup sampai di sana, namun aparat juga melakukan penyitaan pada sejumlah peledak saat melangsungkan penangkapan kepada seorang tukang bubur sumsum berinisial AAR, yang mana dirinya merupakan terduga teroris dengan jaringan ISIS.

Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karo Penmas) Polri, Brigadir Jenderal (Brigjen) Trunoyudo Wisnu Andiko mengatakan bahwa bahan peledak yang berhasil aparat keamanan sita itu dari rumah tersangka AAR yang kemungkinan kuat nanti akan dia gunakan dalam menjalankan aksi teror.

Selain itu, aparat keamanan juga turut mengamankan beberapa komponen elektronik yang tentunya akan pelaku gunakan dalam melancarkan aksi tersebut. Sebagai informasi bahwa ternyata tersangka AAR itu merupakan seorang residivis yang dulunya sempat tertangkap pada tahun 2011 dan 2018 silam terkait kasus terorisme.

Sementara itu, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Komisaris Jenderal Polisi (Komjen Pol) Prof. Dr. H. Rycko Amelza Dahniel menyampaikan apresiasi yang sangat tinggi atas adanya penangkapa terduga teroris di Karawang tersebut.

Adanya keberhasilan penangkapan terduga pelaku teroris oleh aparat keamanan, berarti langkah preemtif yang petugas lakukan memang sangat penting untuk bisa memastikan langkah dari kelompok teror.

Penangkapan tersebut juga menjadi pertanda atau wujud nyata dari bagaimana profesionalisme Densus 88 Anti Teror Polri dalam memastikan tidak ada berbagai macam bentuk aksi terorisme dalam hal apapun di Indonesia, serta menandakan bahwa aparat keamanan memang bisa diandalkan.

Belakangan ini memang terdapat peningkatan aktivitas terorisme seperti pendanaan, radikalisasi, perekrutan dan juga konsolidasi sel-sel teroris. Terlebih, aktivitas tersebut biasanya menyasar kepada 3 kelompok yang rentan, yakni perempuan, remaja dan anak.

Dengan adanya fenomena tersebut, menjadikan BNPT kemudian memperkuat komitmennya dalam bersinergi untuk menjalankan program pencegahan teroris di Tanah Air. Sinergitas berlangsung dengan Polri dan juga Tentara Nasional Indonesia (TNI) hingga melibatkan masyarakat demi membangun ketahanan warga.

Resiliensi akan terjadinya terorisme akan terbentuk apabila masyarakat memiliki pengetahuan dan juga kesadaran akan bagaimana bahayanya radikalisme dan juga terorisme apabila mengalami pembiaran dan terus berlangsung.

Untuk itu, aparat keamanan terus berupaya untuk membangun kesadaran publik dan juga daya tahan dengan cara memberikan pengetahuan mengenai apa itu terorisme, bagaimana cirinya, bagaimana dampaknya untuk bangsa dan negara.

Jika seluruh masyarakat sudah mengetahui seluruh seluk beluk tentang terorisme, maka tentu mereka akan menolaknya. Seluruh daya upaya telah aparat keamanan lakukan dengan sangat maksimal dan juga optimal untuk mencegah supaya tidak terjadi lagi terorisme di Indonesia, terlebih dalam perayaan hari besar apapun termasuk Idul Adha.

)* Penulis adalah kontributor Ruang Baca Nusantara